..::Selamat Datang di Blog Kerohanian Islam SMA Negeri 1 Tawangsari - Sukoharjo::..

Selasa, 03 Mei 2011

DOSA DAN PELEBURNYA

Saudaraku,
Setelah Allah menciptakan Adam dan istrinya Hawa, Allah memberi ultimatum kepada mereka untuk tidak mendekati pohon larangan (khuldi). Awal mula mereka sangat ta’at dengan perintah ini tapi ketika mereka mendapat godaan dari musuh nomor wahid manusia yaitu iblis, mereka lalai dan tergoda dengan bujuk rayunya. Dilanggarlah larangan tersebut sehingga hal ini menyebabkan Adam dan Hawa berdosa, dan karena dosa inilah mereka dikeluarkan dari jannah.
Dari kisah diatas kita ketahui bahwa dosa adalah penyebab murka Allah, dan hal ini terjadi apabila perintah ataupun larangan Allah dilanggar oleh hamba-Nya. Oleh karena itu kami pada pembahasan kali ini akan sedikit membahas permasalah dosa, macam-macamnya, dan peleburnya. Insya Allah…..
Yang dimaksud dengan dosa (adz-dzanbu) adalah setiap dosa, kejahatan dan maksiat.
Dosa (adz-dzanbu) ini terbagi menjadi dua yaitu:
a. al-Kabair (dosa besar)
b. as-Soghoir (dosa kecil)
Dosa besar adalah semua dosa yang mengharuskan adanya had di dunia atau diancam oleh Allah dengan Neraka atau laknat atau murka-Nya. Adapula yang berpendapat, dosa besar adalah setiap maksiat yang dilakukan seseorang dengan terang-terangan serta meremehkan dosanya. Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah dosa ini karena memang tidak ada dalil yang sohih baik itu dari Al-Qur’an maupun dari sunah. Diantara mereka ada yang mengatakan empat, tujuh, tujuh belas, tujuh puluh.
Dosa kecil adalah setiap dosa yang tidak ada had di dunia juga tidak terkena ancaman khusus di akhirat. Tapi ketahuilah wahai saudaraku ! Meskipun jenis kedua ini dinamakan dengan dosa kecil, dosa ini juda dapat berubah menjadi dosa yang besar di sisi Allah dengan beberapa sebab :
1. Terus-menerus dilakukan (al-isroro wal muwadhobah)
Ibnu Qudamah dalam “Mukhtasor Minhajul Qosidin”menjelaskan bahwa dosa kecil dapat berubah menjadi dosa yang besar dikarenakan dosa tersebut senantiasa dilakukan. Beliau memberikan permisalan dengan tetes-tetes air yang menimpa batu yang keras, tentu akan mampu melubanginya. Andaikan tetes tersebut dihimpun menjadi satu hingga banyak lalu diguyurkan ke batu, tidak akan berpengaruh apa-apa. Beliau menambahkan lagi, dosa besar kemungkinan akan diampuni apabila pelakunya tidak mengulanginya dan bertaubat kepada Allah. Berbeda dengan dosa kecil bisa jadi dosa itu tidak dimaafkan karena dilakukan terus-menerus dan dia faham akan hal itu.

2. Menganggap remeh dosa tersebut (istisghor dzanbu)
Selagi suatu dosa dianggap besar oleh hamba, maka dosa itu menjadi kecil di sisi Allah. Namun selagi hamba menganggapnya kecil dan remeh, maka ia menjadi besar di sisi Allah. Dan hari ini dapat kita lihat bahwa kebanyakan manusia meyepelekan dosa baik yang besar maupun yang kecil. Hal ini jauh berbeda dengan para sahabat Rosulullah, dan mungkin hal ini jugalah yang menjadikan mereka sebaik-baik generasi.
Anas bin Malik berkata :
“Sesunguhnya kalian benar-benar kalian melakukan berbagai macam perbuatan, yang dalam pandangan kalian lebih kecil dari pada sehelai rambut. Andaikan kami pertimbangkan pada masa Rosulullah, maka perbuatan itu termasuk dosa besar”.
Ibnu Mas’ud berkata :
“Sesungguhnya seorang mukmin menganggap dosanya seakan-akan dia berada di kaki bukit. Dan dia takut gunung itu akan menimpa dirinya, dan sesungguhnya orang yang durhaka itu melihat dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya, lalu dia berkata “Cukup begini saja”. Maksudnya cukup dengan menepiskan tangannya.

3. Senang melakukan dosa kecil dan bahkan membanggakannya (menceritakan kepada orang lain).
Janganlah memandang kecil kesalahan (dosa) tetapi pandanglah kepada siapa yang kamu durhakai. (HR. Aththusi) karena Perbuatan dosa mengakibatkan sial terhadap orang yang bukan pelakunya. Kalau dia mencelanya maka bisa terkena ujian (cobaan). Kalau menggunjingnya dia berdosa dan kalau dia menyetujuinya maka seolah-olah dia ikut melakukannya. (HR. Ad-Dailami)

Saudaraku,
Setelah kita mengetahui sebab-sebab dosa kecil menjadi dosa yang besar, hendaknyalah bagi kita untuk menjauhi hal itu. Berikut akan kami paparkan hal-hal yang dapat meleburkan hukuman suatu dosa.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:
الذنوب تزول عقوباتها بأسباب: التوبة النصوحة, والحسنة ماحية, والمصائب المكفرة, ودعاء المؤمنين, وشفاعة الشافع
“Hukuman bagi dosa dapat gugur dengan beberapa sebab: taubat nasuhah, amal baik (solih), musibah yang menimpa, do’a dari orang yang briman, dan mendapat syafa’at”.

1. Taubat nasuha
Secara bahasa taubat adalah kembali, sedangkan secara istilah adalah kembali kepada Allah dari perbuatan maksiat yaitu jauh dari-Nya menuju keta’atan kepada-Nya yaitu dekat dengan-Nya. Banyak sekali ayat Al-Qur’an yang memerintahkan kita untuk bertaubat kepada Allah , hal ini menandakan bahwa Allah Maha Penerima Taubat dan Maha Pengasih. Taubat tidak akan syah kecuali setelah terpenuhi syarat-syaratnya. Imam An-Nawawi dalam “Riyadhus Sholihin” menerangkan bahwa syarat taubat itu ada tiga:
a). Menyesal atas perbuatan yang telah dilakukan b). Berazam untuk tidak mengulanginya. c). Meninggalkan perbuatan tersebut.
Syeikh Utsaimin menambahkan dalam kitabnya
a). Nafas belum sampai dikerongkongan (sakarotul maut). b). sebelum matahari terbit dari barat. c). Ikhlas hanya karena Allah
Rosulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah menerima taubatnya seorang hamba selama nafas belum sampai di kerongkongan (sakarotul maut ” (HR. Imam Ahmad).
Sesungguhnya Allah merentangkan tanganNya pada malam hari memberi kesempatan taubat bagi pelaku kesalahan pada siang hari dan merentangkan tanganNya pada siang hari memberi kesempatan taubat bagi pelaku kesalahan pada malam hari, sampai kelak matahari terbit dari Barat (hari kiamat). (HR. Muslim)

2. Amal sholih (Baik)
Rosulullah bersabda : "Segeralah beramal sebelum datang tujuh perkara; apakah kalian akan menanti sampai datang kemiskinan yang melupakan, atau kaya yang membuat sombong, atau sakit yang merusak kehidupan, atau tua yang melemahkan kekuatan, atau kematian yang menyegerakan, atau datangnya dajjal, makhluk gaib yang paling buruk dinanti, atau datangnya hari kiamat, hari yang sangat dahsyat dan mengerikan" (HR. Tirmidzi)
Amalan-amalan yang paling disukai Allah ialah yang lestari (langgeng atau berkesinambungan) meskipun sedikit. (HR. Bukhari)
Dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya Alloh akan menghapusnya.

3. Musibah yang menimpa kita
Terkadang kita menilai negatif terhadap musibah yang menimpa kita, kita bersu’u dzon kepada Allah, berputus asa dari rahmat dan ampunan Alloh, padahal Rosulullah telah bersabda:
“Tidaklah ada musibah yang menimpa orang muslim melainkan Allah menghapus dosanya dengan musibah itu, termasuk pula duri yang menusuknya”.
Dan Alloh tidak akan membebankan musibah kepada hamba-hambaNya diluar batas kesanggupannya.
4. Do’a dari orang yang beriman
Allah menjadikan keimanan sebagai sebab bagi seseorang untuk memberikan manfaat kepada orang lain, yaitu dengan memberi do’a saudaranya yang beriman. Hal ini juga sering dilakukan oleh Rosulullah, beliau sering meminta do’a dari parasahabtnya dan beliau juga menganjurkan kepada para sahabatnya untuk saling mendo’akan.

5. Mendapat Syafa’at
Syafaat secara bahasa berarti witir (satu), wasilah (perantara) juga berarti tholab (permintaan). Sedangkan menurut istilah adalah meminta kebaikan untuk orang lain. Dengan kata lain, berpihak atau bergabung kepada orang lain sebagai penolongnya, dan sebagai orang yang meminta kebaikan untuknya. Sedangkan yang lebih banyak dipergunakan dalam hal ini adalah bergabungnya orang yang lebih tinggi derajatnya dan martabatnya kepada orang yang lebih rendah.
Dosa-dosa yang kita perbuat akan terhapus manakala kita mendapat syafa’at dari seseorang. Adapun syafaat ini memiliki syarat, jika syarat ini tidak ada maka seseorang tidak akan mendapatkannya. Syarat-syarat itu adalah:
 Ridho Allah terhadap orang yang memberi syafaat.
 Ridho Allah terhadap orang yang diberi syafaat.
 Izin dari Allah, dan ini terjadi manakala syarat di atas telah terpenuhi.


6. Istighfar (memohon ampun), Allah berfirman :
Sesungguhnya Allah menurunkan kepadaku dua keselamatan bagi umatku. Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada diantara mereka dan Allah tidak akan mengazab mereka sedang (mereka) beristighfar (minta ampun), bila aku (Nabi Saw) pergi (tiada) maka aku tinggalkan bagimu istighfar sampai hari kiamat. (HR. Tirmidzi)

Dan dari Anas bin Malik radhiallohu ‘anhu beliau berkata: Rosululloh shalallohu ‚alaihi wa sallam bersabda: “Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman: ‘Wahai anak adam, sesungguhnya jika engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampunimu dan Aku tidak akan memperdulikannya lagi. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu memenuhi seluruh langit, kemudian engkau memohon ampun padaku, niscaya Aku akan mengampunimu. Wahai anak Adam, seandainya engkau datang kepadaku dengan kesalahan sepenuh bumi, kemudian engkau menjumpaiku dalam keadaan tidak berbuat syirik dengan apapun niscaya aku akan datang kepadamu dengan pengampunan sepenuh bumi pula. (HR Tirmidzi, beliau berkata: “hadits ini hasan”)
Wallohu a’lam,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar